Yth. Para Bruder dan Frater di KOMUNITAS

Salam kasih persaudaraan,

Pada tahun 2015 merupakan tahun syukur. Kita bersyukur atas 175 tahun berdirinya kongregasi dan 95 tahun hadir di Indonesia. Sebagai kongregasi kita juga bersyukur bersama para bruder di Provinsi Ghana yang genap berkarya selama 50 tahun.

Apa maknanya kita bersyukur? Konstitusi artikel 117 menyebutkan,“Menjadi religius merupakan anugerah bagi kita. Dalam iman, harapan, dan kasih, kita dapat menghayati cita-cita bahwa kongregasi kita merupakan Gereja. Allah memanggil kita kepada kehidupan ini. Ia menjadikan kita mampu menanggapi panggilan-Nya. ‘Dalam Dia yang menguatkan kita’, kita mengarahkan hidup kita kepada nasihat- nasihat Injil. Cara hidup yang dipilih Yesus Kristus, kita jadikan cara hidup kita sendiri. ...oleh karena itu, rasa syukur dapat menambah keindahan dan kecemerlangan hidup kita, yaitu rasa syukur bahwa kita manusia, bahwa kita orang Kristen, bahwa kita religius”.

Pokok-pokok artikel 117 yang bisa kita renungkan dan perjuangkan:

1. Menjadi religius merupakan anugerah. Bagaimana kita selama ini menyadari hal tersebut dan bagaimana usaha kita senantiasa merawat anugerah

panggilan kita sebagai bruder?

2. Kongregasi merupakan Gereja, menampakkan wajah Gereja. Kita hadir atas

dan demi nama Gereja. Partisipasi kita dalam mewujudkan Kerajaan Allah sebaiknya sesuai dengan gerak Gereja, baik di tingkat KWI, Keuskupan, maupun Paroki. Sudahkah kita mengusahakan hal ini? Apa yang masih bisa kita tingkatkan?

3. Nasihat-nasihat Injil (Ketaatan, Kemiskinan dan Wadat demi Kerajaan Allah) merupakan sarana menanggapi panggilan Allah. Sejauhmana kita menjadikan prasetia sebagai sarana perwujudan pembaktian diri kita? Prasetia mana yang sering perlu perjuangan lebih? Mengapa?