GENERAL COUNCIL F.I.C. - Prins Bisschopsingel 22, 6211 JX Maastricht, The Netherlands  Phone: *31 (0) 43 3508373
Thursday, November 21 2024  - 1 User Online  
HOMEGUESTBOOKCONTACT USFORUM 



03.08.2024 18:43:39 766x read.
INSPIRATION
KESABARAN ANTARA PENGALAMAN DAN USAHA (Theo Riyanto FIC)

KESABARAN 

ANTARA PENGALAMAN DAN USAHA

Theo Riyanto FIC

 

Sabda yang amat terkenal mengenai kesabaran adalah pengampunan yang sampai tujuh kali tujuh....tujuh puluh kali, namun ada juga yang bagi saya menarik yaitu tentang perumpamaan lalang di antara gandum. Kita tidak hanya diminta untuk mengampuni dan mengampuni dengan penuh kesabaran, melainkan juga “rela membiarkan” agar yang tidak baik bertumbuh sampai pada musim menuai...baru ada pemisahan. Sebab kalau dicabut ketika belum masanya...yang baik malah akan ikut tercabut. Di dalam bahasa jawa ada pepatah “ Becik ketitik ala ketara” (kebaikan akan tercermati dan kejelekan akan nampak). Pepatah ini menunjukkan adanya kesabaran orang jawa dalam menyikapi kebaikan dan keburukan. Ada rentang waktu yang dibiarkan mengalir untuk menciptakan pembuktian mana benar mana salah, mana baik mana buruk.

Mengampuni dan memberi “waktu” berproses

Dalam hidup sehari-hari, kesabaran juga diwujudkan dengan kerelaan untuk mengampuni yang memang dapat berkali-kali, dan juga kerelaan memberikan waktu dan kesempatan pembuktian kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan keburukan. Ketidaksabaran menunggu “pembuktian” seringkali malah akan mencerabut kebaikan dan merusaknya. Kesabaran adalah menunggu waktu saatnya untuk memilah-milah kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan keburukan. Yang baik dikumpulkan jadi satu menjadi “jasa” dan membuahkan pahala...dan yang buruk di bakar habis agar tidak bertumbuh lagi. 

Namun pengampunan bukanlah hal yang mudah. Kita semua mengalami betapa tidak mudahnya memberikan pengampunan, bahkan beberapa orang mengalami sangat sulit untuk dapat mengampuni. Bukan saja karena kurang mencintai diri sendiri dan orang lain namun juga tergantung dari berat ringanya rasa sakit hati, dekat tidaknya seseorang yang menyakiti bahkan juga masalahnya besar atau kecil. Oleh karena itu dari pengalaman saya, saya mencoba untuk memilah-milah dan mengurutkan berdasarkan  ketiga hal tersebut. Kapan dan bagaimana saya perlu marah, kapan dan bagaimana saya mengampuni. Untuk hal yang tidak prinsip dan mendasar, untuk hal yang tidak besar, untuk orang yang tidak dekat, tidak perlu harus marah dan sulit mengampuni. Akhirnya lama kelamaan dengan latihan tersebut, menjadi jarang sekali marah dan gampang untuk mengampuni. Kesabaran tercipta karena mampu memandang segala sesuatu sesuai dengan bobot, kepentingan, dan kedekatan relasi.

Memberikan “waktu” untuk benar-benar dapat memilah antara kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan, bukanlah perkara yang mudah. Namun ini adalah manajemen kesabaran yang “mujarap dan cespleng”. Betapa tidak, kalau kita rela menunggu, rela antri, rela berproses, rela menyusuri waktu, maka itu sudah merupakan latihan kesabaran yang penting. Kita pada umumnya menginginkan segala sesuatu cepat terlihat hasilnya, kita terburu-buru ingin menyelesaikan permasalahan, kita menginginginkan segala sesuatu cepat selasai. Budaya instant menyeruak dicara berpikir kita, akibatnya menjadi orang tidak sabar, terburu-buru dan tidak menghargai proses. Segala sesuatu ada waktunya menurut Pengkhotbah, ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal; ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam...ada waktu untuk meromban, ada waktu untuk membangun dan sebagainya. Segala sesuatu ada waktunya, mengapa kita tidak berlatih bersabar...menunggu waktu yang tepat dan pada saatnya?

Mengelola perasaan marah dan terburu-buru

Seperti kemarahan adalah akibat emosional dari dalam diri sendiri dan juga lingkungan luar diri, begitu juga kesabaran merupakan tanggapan emosional. Oleh karena itu yang penting dalam manajemen kesabaran adalah mengenali perasaan, memahami perasaan, mengelola perasaan dan memanfaatkan perasaan. Berkaitan dengan kesabaran, perasaan marah hendaknya kita kelola dan kendalikan sehingga tidak tumpah kemana-mana dan kapan saja. Kemarahan yang tidak dikelola dengan baik tidak saja menyebabkan orang lain terkesan sebagai pribadi yang tidak “sabaran”, namun juga sebagai pribadi yang tidak matang. Perasaan yang terkait dengan kesabaran adalah perasaan terburu-buru. Perasaaan terburu-buru yang tidak dikendalikan, tidak hanya menyebabkan hasil yang sering kali tidak memuaskan, namun juga membuat kesan sebagai pribadi yang dangkal, kurang mendalam dan tidak “mantap”.

Bagaimana mengelola rasa marah? Pertama-tama akuilah dulu bahwa kita marah, kemudian tentukan kita akan mengungkapkan kemarahan atau tidak. Jika memang harus mengungkapkan rasa marah pertimbangkan untuk tanpa kekerasan, tanpa melukai hati orang lain, pada orang yang tepat, to the point tidak bertele-tele, tanpa menghina orang dan jadikan sebagai suatu oase kelegaan. Yang paling baik adalah kendalikan rasa amarah. Perintahkan diri sendiri untuk tidak meneruskan rasa marah. Kalau saya sering saya lakukan dengan minum air putih beberapa gelas atau mengambil nafas dalam-dalam dan jadikan “humor” penyebab kemarahan tersebut. Dapat juga dilakukan dengan cara menenangkan diri, colling down. Tidak memusatkan pikiran pada hal atau keadaan yang membuat kita marah. Bersabar dengan melapangkan dada. Yang tidak kalah penting juga kita salurkan rasa amarah itu mungkin dengan bekerja keras, berolahraga, melakukan relaksasi, berteriak atau yang lainnya. Dengan mampu mengelola rasa marah secara tidak langsung kita belajar bersabar baik terhadap diri sendiri, hal tertentu dan orang lain.

Kita juga dapat belajar bersabar dengan mengelola rasa terburu-buru. Jelas bahwa sikap terburu-buru berlawanan dengan sikap kesabaran. Terburu-buru disini yang saya maksud adalah sikap terburu-buru (grusa-grusu) yang kurang hati-hati dan waspada, ingin cepat berhasil dan selesai. Saya melakukan manajemen tidak terburu-buru dengan beberapa cara misalnya: membaca ulang surat atau naskah sebelum di cetak, memikirkan kembali perencanaan dengan melihat mungkin ada yang masih harus disempurnakan, melihat beberapa segi sebagai dasar mengambil keputusan, dan yang paling penting menghormati proses bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu.

Tip melatih Kesabaran

Tip pertama adalah menghargai proses. Menghargai proses berarti juga menghargai waktu. Menghargai waktu tidak dalam arti kita memanfaatkan waktu namun bahwa segala sesuatu itu butuh waktu. Ada yang membutuhkan waktu cepat dan ada yang lambat. Dengan menghargai proses dan waktu kita akan bisa bersabar, karena semua tidak seperti membalik telapak tangan. Hal ini penting dalam belajar atau berlatih antri, menunggu giliran. Dalam berdoa kita juga perlu bersabar antri dan menunggu kapan Tuhan dengan tepat mengabulkan doa kita. 

Tip yang kedua adalah belajar mengisi waktu termasuk waktu luang dengan berdoa atau membaca atau mengerjakan sesuatu hal. Misalnya kita menunggu seseorang karena telah janjian dan tidak tepat waktu, daripada untuk marah-marah lebih baik mengisi waktu “menunggu” itu dengan berdoa semisal rosario atau membaca buku inspiratif atau majalah bahkan dapat juga dengan mengerjakan sesuatu yang lain. Pengalaman saya berkali-kali ditunda penerbangan atau keberangkatan saya isi waktu dengan membaca buku atau majalah, mengerjakan ‘pekerjaan” atau berdoa, ternyata mujarab...menjadi sabar dan tidak “tegang karena adanya penundaan atau ketidaktepatan waktu. 

Tip yang ketiga adalah menerima kenyataan yang tidak dapat dihindari. Misalnya kemacetan lalu lintas, hujan deras, antrian panjang, khotbah lama, dan lain-lain. Hal-hal seperti itu tidak ada dalam kewenangan saya, saya tidak dapat berbuat apa-apa, maka menurut saya jalan yang terbaik adalah menerima kenyataan dan masuk dalam kenyataan itu dengan penuh kesabaran. 

Tip yang keempat adalah tidak terlalu banyak menuntut pada orang lain. Semakin kita banyak menuntut orang lain yang terjadi hanya semakin membuat tidak sabar. Menurut saya yang penting adalah memberikan kepercayaan dan standar capaian yang jelas dan kemudian memberikan dukungan agar orang lain dapat menggunakan kepercayaan dan bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Sedangkan tip yang keempat adalah secara teknis berlatih untuk menjadi lebih tenang, mendinginkan perasaan dan pikiran dengan banyak minum air putih, mengadakan relaksasi, berlatih catur, memancing, melakukan latihan sadhana, berlatih pernafasan dalam-dalam dan lain sebagainya. Kalau sudah menjadi kebiasaan diri kita, maka yang perlu dilakukan adalah menyadari bahwa sendiri tidak sabaran atau temperamental, kemudian berlatih menjadi lebih sabar yang dibarengi dengan berdoa memohon kesabaran. 








^:^ : IP 9.9.8.1 : 1 ms   
BROTHERS FIC
 © 2024  http://brothers-fic.org//