GENERAL COUNCIL F.I.C. - Prins Bisschopsingel 22, 6211 JX Maastricht, The Netherlands  Phone: *31 (0) 43 3508373
Friday, October 4 2024  - 1 User Online  
HOMEGUESTBOOKCONTACT USFORUM 



03.11.2023 16:27:16 1245x read.
INSPIRATION
KERJA TIM DAN KETERAMPLAN BERKOMUNIKASI (Theo Riyanto FIC)

KERJA TIM DAN KETERAMPLAN BERKOMUNIKASI

Dalam suatu organisasi atau sebuah tim untuk dapat mencapai tujuan selain perencanaan yang matang, fasilitas yang tersedia, finansial yang memadai, yang tidak kalah penting juga keterampilan berkomunikasi dari masing-masing pihak dan pribadi. Dalam berkomunikasi salah satu hal penting yang hendaknya dikuasai oleh masing-masing individu selain kemampuan menyampaikan pendapat atau berbiacara adalah mendengarkan. Oleh karena itu di tengah-tengah dunia yang banyak “bicara” ini, di tengah-tengah hiruk pikuk orang menyampaikan pendapat, dibutuhkan orang-orang yang terampil mendengarkan. Menjadi pendengar sejati. Mendengarkan dengan penuh kreativitas dan penuh perhatian.

 

Ada beberapa hal yang menghambat terjadinya komunikasi yang baik dan tepat (mendengarkan), misalnya:

  1. tidak tepatnya menghadapi karakter setiap pribadi yang berbeda-beda, tidak mengenal karakter orang yang diajak berkomunikasi
  2. kurangnya pengertian tentang simbol-simbol dalam komunikasi dan dalam budaya masing-masing masyarakat
  3. kurangnya sikap toleransi terhadap perbedaan satu dengan yang lainnya, terlalu menonjolkan perbedaan sebagai perbedaan
  4. kurangnya sikap memperhatikan dan minat serta empati terhadap orang yang sedang diajak untuk berkomunikasi
  5. miskinnya keterampilan untuk dapat mendengarkan secara aktif dan kreatif
  6. keengganan atau kesulitan untuk memulai pembicaraan atau berkomunikasi
  7. asumsi kita bahwa orang lain sudah sepaham dan akan mengerti dengan sendirinya seperti diri kita
  8. ketakutan orang untuk mengalami konflik sehingga menghindari pembicaraan atau komunikasi
  9. praduga negatif kita terhadap hal atau orang lain
  10. kita salah menginterpretasikan  apa yang disampaikan oleh orang lain dalam bahasa verbal
  11. ketidakmampuan kita untuk memisahkan antara pendapat dengan orangnya
  12. kebiasaan hanya berdiam diri tanpa reaksi atau komentar sehingga dianggap menyetujui atau tidak ada persoalan
  13. hambatan karena nilai-nilai budaya masyarakat yang berbeda
  14. adanya komunikasi yang didominasi oleh rasio saja atau emosi saja (menangis, geram, teriak-teriak, dll)
  15. orang yang selalu mengatakan “terserah”, “aku ikut saja”, orang yang tidak memiliki pendapat.

 

Karena banyaknya hambatan dalam berkomunikasi, maka kita hendaknya belajar terus menerus agar dapat mengkomunikasikan diri kita dan berkomunikasi secara efektif. Kita hendaknya semakin menyadari bahwa makna kata tidak hanya terdapat dalam arti kata itu sendiri, namun juga siapa yang mengatakannya, kepada siapa mengatakannya, siapa yang mendengarkannya, bagaimana suasana penyampaiannya dan sewaktu mendengarkannya. Artinya kedudukan sosial, situasi budaya, karakter pribadi, cara penyampaianya, keadaan saat terjadi komunikasi, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap efektivitas suatu komunikasi.

 

Salah satu yang sering kali terjadi adalah perbedaan persepsi atau salah tangkap tentang persepsi orang yang satu dengan yang lainnya. Mengapa ini sering terjadi? Karena kita sering mengasumsikan bahwa apa yang kita lihat atau dengar sama dengan yang orang lain lihat atau dengar. Obyek yang sama akan mendapatkan tangkapan persepsi  yang berbeda satu orang dengan yang lainnya. Dalam suatu kerja kelompok atau sebuah tim, sangatlah penting bahwa kita memeriksa apa yang orang lain dengar atau lihat atau apa yang  diterima orang lain dalam suatu proses kerja kelompok mengenai obyek tertentu. Hal ini tentu saja memerlukan waktu, kesabaran dan pekerjaan yang tidak mudah. Komunikasi yang efektif adalah suatu usaha yang tidak mudah karena menyangkut usaha berbagi makna dan persepsi antar masing-masing pribadi.

 

Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi lebih merupakan suatu kegiatan atau aksi daripada sekedar kata-kata. “Communi-ACTION”. Kita masing-masing mesti bertanya pada diri sendiri: Apakah tindakan /aksi saya secara tepat menunjukkan makna dari kata-kata saya? Sebab komunikasi tidak sekedar adanya suara atau keributan, tidaklah sekedar kata-kata yang sekedar meluncur dari mulut seseorang. Komunikasi berakar pada kemampuan untuk MENDENGARKAN. Seringkali kita mengadakan pembicaraan atau perbincangan dan sibuk dengan apa yang akan kita katakan daripada berusaha untuk berkonsentrasi mendengarkan apa yang disampaikan orang lain kepada kita. Kita sibuk untuk merancang jawaban atau tanggapan daripada memperhatikan dengan serius apa yang sedang dikatakan orang kepada kita. TANGGAPAN atau “feedback” sangatlah penting dalam suatu komunikasi yang efektif. Sebab komunikasi hanya semakin efektif jikalau si penerima pesan sungguh dapat menangkap pesan seperti yang diharapkan atau dimaksudkan oleh si penyampai pesan atau pembicara. Sekali lagi komunikasi yang efektif pertama-tama bukan terletak pada si pembicara tetapi pada si PENDENGAR.

 

Hal kedua yang seringkali terjadi di dalam komunikasi adalah adanya distorsi. Pesan awal tidak sama dengan pesan akhir yang diterima seseorang secara berantai. Semakin panjang ”rantai”-nya semakin terjadi distorsi. Pesan itu akan mendapatkan penambahan pesan atau pengurangan. Hal ini terjadi karena manusia memiliki kecenderungan melakukan “penyaringan”, penyusutan, dan melupakan sesuatu. Komunikasi yang tidak ada “feed back”, tidak ada tanggapan, hanya satu arah pasti berpeluang besar untuk tidak terjadinya komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif selalu menuntut adanya tanggapan, adanya timbal balik. Komunikasi yang efektif selalu menuntut adanya usaha dan kerja untuk menangapi, mempertanyakan, dan menilai. Sangat penting untuk diingat bahwa apa yang kita baca tidak selalu apa yang telah tertulis. Apa yang kita dengar tidak selalu sama dengan apa yang telah dikatakan seseorang. Ingatlah juga bahwa semakin banyak yang dikatakan akan semakin sedikit yang didengarkan. Maka pilihan kata yang tepat, benar dan situasi tepat akan semakin menjadikan komunikasi efektif.

 

Mendengarkan dengan empati dan berlangsung dua arah akan semakin membuat efektif suatu komunikasi. Mengapa? Karena ada perhatian, karena ada minat terhadap masing-masing pribadi. Komuniaktor menyadari sepenuhnya bagaimnaa orang lain meneraima pesannya. Ia menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan orang lain. Ia memberikan kepercayaan dan kebanggaan kepada si pendengar. Maka dalam berkomunikasi memberikan kepercayaan dan kebanggaan bagi si pendengar penting  karena dia akan menangkap pesan dengan lebih tepat dan baik. Komunikasi yang bagus selalu membutuhkan “beaya” yaitu waktu dan usaha. Komunikasi yang lebih baik tidak berarti lebih banyak perjumpaan atau pertemuan, tetapi terjadinya suatu kualitas dan intensitas yang tinggi dalam perjumpaan. Kata orang produktivitas itu merupakan hasil yang lebih baik dengan waktu yang lebih singkat. Kita perlu mendengar untuk mendengarkan. Dengan adanya umpan balik, kita belajar, kita berubah dan kita membuat perbaikan yang akan membawa hasil yang lebih baik pula.

Lalu apa sebenarnya komunikasi itu? Setiap sikap atau tindakan yang kita lakukan sebenarnya adalah suatu komunikasi. Manusia begitu juga binatang selalu berkomunikasi. Bahkan ketika seseorang memutuskan untuk sendirian pun ia tetap berkomunikasi. Tidaklah mungkin seseorang untuk tidak berkomunikasi. Komunikasi itu pada prinsipnya merupakan suatu tingkahlaku. Maka apapun  yang dilakukan seseorang selalu berdampak kepada orang lain. Tidur pun merupakan suatu bentuk komunikasi terhadap orang lain. Dalam komunikasi kita memerlukan umpan balik sebab dengan demikian kita akan mengetahui apakah yang kita katakan didengarkan dengan baik. Apakah pesan kita ditangkap dengan tepat? Kita seringkali berasumsi bahwa yang kita dengar adalah yang sedang dikomunikasikan padahal belum tentu. Oleh karena itu dalam berkomunikasi kita membutuhkan umpan balik dan sikap empati.

 








^:^ : IP 9.9.8.1 : 1 ms   
BROTHERS FIC
 © 2024  http://brothers-fic.org//