|
21.05.2024 18:11:33 1006x read. INSPIRATION Berjumpa Maria, Bunda Kristus Berjumpa Maria, Bunda Kristus
Maria, Bunda Yesus Krsitus, pada saat itu seorang gadis yang masih berumur antara 13 atau 14 tahun ketika malaikat Gabriel datang kepadanya. Dia baru saja bertunangan dengan seorang tukang kayu bernama Yusuf. Dia adalah gadis Yahudi biasa, yang juga menginginkan untuk menikah dan membangun keluarga. Namun, mulai dengan pertemuannya dengan malaikat Gabriel kehidupannya berubah. Di dalam Kitab Suci, namanya muncul di dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Lukas pengarang Injil banyak kisah tentang Maria dan menempatkan peranannya dalam rencana Tuhan. Maria disebut namanya dalam silsilah Yesus, dalam Kabar Gembira, dalam kisah Maria mengunjungi Elisabeth saudaranya, dalam kisah kelahiran Yesus, dalam kisah kunjungan para Gembala, dalam kisah Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan, dan kisah penolakan Yesus oleh orang-orang Nasaret. Di dalam Kisah Para Rasul, Maria disebutkan sebagai Ibu Yesus: “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, Ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” (Kis. 1:14) Dia terlibat dengan umat beriman dan berdoa bersama dengan para rasul. Di dalam Injil Yohanes, tidak pernah menyebut Maria dengan nama, tetapi merujuk pada “Ibu Yesus”, misalnya dalam kisah perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11) dan berdiri di dekat salib dalam kisah Yesus disalibkan. (Yoh 19:25-27) Maria merasa cemas dan bingung ketika mendengar apa yang dikatakan malaikat Gabriel kepadanya. Dia tentu saja tidak pernah mengharapkan mendengar kabar yang sangat sulit untuk dipercayai tersebut, bahwa dia akan melahirkan seorang anak, dan anaknya tersebut akan disebut Mesias. Walaupun dia tidak dapat memahami sepenuhnya bagaimana dia akan mengandung Sang Penyelamat, namun dia menjawab kehendak Tuhan dengan penyerahan penuh iman, rendah hati dan ketaatan. Walaupun panggilan Maria memberikan sukacita yang besar dan penuh rahmat, namun juga menuntut penderitaan tak terkira juga. Dia akan mengalami kesakitan sewaktu melahirkan dan sebagai seorang ibu, namun juga dianugerah penuh rahmat menjadi Ibu Tuhan, Bunda Allah. Ia mendapatkan anugerah istimewa menjadi ibu Mesias. Malaikat memberitahu Maria di dalam Lukas 1:28 bahwa ia sangat berkenan bagi Tuhan. Ayat ini berarti bahwa Maria dianugerahi penuh rahmat dari Tuhan. Namun walau dengan penuh rahmat dan berkenan bagi Tuhan, Maria masih mengalami penderitaan yang sangat banyak. Walaupun dia mendapatkan penghargaan yang tinggi dari Tuhan sebagai ibu Tuhan. Dia juga mengalami penderitaan sebagai ibu Tuhan. Dia hamper kehilangan Yusuf. Putranya mengalami penolakan dan wafat disalib. Penyerahannya kepada Tuhan untuk melaksanakan rencana Tuhan akan banyak menuntutnya, namun dia bersedia melaksanakannya sebagai hamba dengan penuh rendah hati. Tuhan mengethaui bahwa Maria adalah perempuan yang lembuh tetapi kekeh-kuat. Dia satu-satunya manusia yang selalu bersama Yesus dari dalam kandungannya, kelahiranNya sampai pada kematianNya. Dia melahirkan Yesus dan menyaksikan kematianNya sebagai Sang Penyelamat juga baginya. Maria tentu saja juga mengetahui Kitab Suci. Ketika malaikan menampakkan diri kepadanya dan diberitahu bahwa anaknya adalah Putra Allah, Maria menjawab, “Sesunggunya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38) Dia tahu dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dinubuatkan tentang penantian datangnya Sang Mesias. Maria masih sangat muda, miskin dan seorang perempuan biasa. Keadaannya tersebut nampak tidak pantas dan layak dalam pandangan manusia untuk dikarunia anugerah sebagai ibu Tuhan. Tetapi Tuhan memandang kepenuhan iman dan ketaatannya. Tuhan tahu bahwa Maria akan bersedia untuk melayani Tuhan dengan memenuhi panggilan Tuhan yang belum pernah diberikan kepada siapapun, kecuali kepada Maria. Tuhan melihat pada iman kepercayaan dan ketaatan kita, tidak pada hal-hal yang dianggap penting oleh manusia. Tuhan seringkali memilih orang-orang yang nampaknya tidak layak menurut ukuran manusia, tetapi layak dan pantas dihadapan Tuhan. Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan apapun “bayaran” dan “konsekuensi”nya. Ketaatannya kepada Tuhan menuntut dirinya bersedia menerima kesukaran-kesukaran dan penderitaan-penderitaan karena menjalani kehendak Tuhan. Pada awal, dia menjadi ibu yang tidak menikah.(Bayangkan bagaimana tanggapan para tetangga terhadap situasinya) Dia meminta Yusuf untuk menceraikannya, dan yang paling parah dia dapat dihukum dengan dilempari batu sampai mati (menurut hukum yang ada waktu itu). Maria mungkin saat itu juga belum sungguh memahami penderitaan-penderitaan yang akan ditanggungnya karena taat kepada kehendak Tuhan. Dia mungkin juga tidak pernah membayangkan betapa berat penderitaan yang akan disandang oleh putranya Yesus Kristus yang menanggung dosa-dosa kita, wafat disalib. Tetapi tentu saja dia tahu bahwa hidupnya akan banyak pengurbanan sebagai ibu Mesias. Dia dipilih oleh Tuhan untuk suatu panggilan yang sangat unggul, menuntut komitmen yang total dan kesiapsediaan mengorbankan segalanya karena kasih dan pengabdiannya kepada Sang Penyelamat. Theo Riyanto, FIC |