|
05.04.2024 14:29:16 1490x read. INDONESIA Berita FIC Provinsi Indonesia, April 2024. Allah adalah kasih, marilah kita mewartakan kasih Allah. Sebagaimana dialami oleh Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, semoga kita semakin mengalami hidup dalam penyelenggaraan Ilahi dan perlindungan Bunda Maria. Selamat Paskah. Kita mengakhiri bulan Maret 2024 dengan perayaan Paskah. Kita bersyukur karena boleh melewati latihan-latihan rohani selama masa prapaskah. Semoga banyak keutamaan hidup kita peroleh dari latihan-latihan rohani kita. Dalam tema perayaan paskah, banyak hal yang bisa kita renungkan. Dari homili para imam selama perayaan Trihari Suci misalnya, kita mendapatkan banyak pesan dan pertanyaan reflektif. Semua itu menolong kita untuk menghidupi iman kristiani dengan lebih mendalam dan kaya. Bacaan dari Injil Yohanes (20:11-18) yang dibacakan dalam ekaristi pada hari Selasa Oktaf Paskah memberi inspirasi bagi hidup kita sebagai FIC. Dikisahkan: Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. Adegan dan dialog Yesus Kristus yang bangkit dengan Maria Magdalena itu menarik dan inspiratif. Agaknya Yesus yang hadir pada kisah kebangkitan itu adalah Yesus yang berbeda dengan sebelum Ia mengalami sengsara – kematian – kebangkitan. Barangkali Yesus Kristus yang bangkit itu hadir dalam dimensi yang lain. Karena itulah mungkin Maria Magdalena tidak mengenali Yesus Kristus yang bangkit yang hadir di hadapannya. Maria Magdalena melihat Yesus Kristus, namun ia tidak mengenalinya. Sapaan Yesus Kristus kepada Maria Magdalena dengan nama diri yaitu “Maria” mungkin bisa dihayati sebagai sapaan personal. Nama itu tidak hanya mewakili identitas. Nama juga sering mengidentikkan dengan mutu diri seseorang. Dalam kaitan dengan orang lain, panggilan nama juga mengindikasikan mutu serta keunikan relasi di antara pemanggil dan yang dipanggil. Tidak mengherankan bila dalam banyak kisah panggilan hidup bermula dari sapaan pribadi; karena sapaan pribadi itu menggugah, membangkitkan, dan menggerakkan. Kita juga bisa menikmati adegan ini sebagai keaktifan Yesus Kristus untuk memampukan Maria Magdalena agar bisa mengenali kehadiran Yesus Kristus. Bila Maria Magdalena didiamkan saja dalam kemampuan pengenalan manusiawinya, maka ia pasti tidak dapat mengenal Yesus Kristus yang bangkit itu. Adegan ini juga menginspirasikan bahwa pengenalan akan Allah itu anugerah cuma-cuma, melulu suatu kemurahan hati Allah bagi manusia. Sampai di sini ingatlah kita pada Konstitusi kita artikel 3 – Allah: Manusia Bersama Kita yang sebagian mengungkapkan, “Kita ini terbatas. Oleh karena itu, jika Allah tidak mewahyukan diri-Nya, Ia tetap tak dapat kita bayangkan.” Pernyataan Konstitusi ini sesungguhnya mengungkapkan dimensi kerapuhan kita sebagai manusia untuk bisa memahami dan mengalami Allah, persis seperti pengalaman Maria Magdalena tadi. Ada banyak penjelasan mengapa kita rapuh. Mungkin, kita rapuh karena ada bagian cara hidup kita yang kita jalani dalam kuasa kegelapan duniawi. Mungkin kita rapuh karena kita bersikeras menjalani hidup dengan cara-cara, persepsi, serta pengetahuan kita saja yang selama ini kita anggap paling ampuh – obyektif – akuntabel – dan kredibel. Kisah Injil di atas dan pernyataan Konstitusi kita seolah mengajak kita untuk terus menjalani hidup dalam laku kerendahan hati, menyadari kerapuhan diri dalam berbagai bentuknya, dan serentak dengan itu terus membuka diri serta menguatkan harapan untuk dilibati oleh Allah. Dan bila pertolongan Allah itu hadir dalam raga sesama kita, maka pesan Injil dan Konstitusi itu mencerahi keutamaan persaudaraan atau kebruderan dalam Kongregasi kita yang kita rawat hidupi dalam mutu kerendahan hati kita. Merenungkan sebagian kisah Injil di atas rasanya kontekstual juga dengan hakikat kita sebagai Bruder FIC, sebagai religius bruder pendidik. Belajar dari Yesus Kristus yang menolong Maria Magdalena dengan sapaan personal, agaknya prinsip seperti itu juga yang bisa diupayakan dalam penyelenggaraan pendidikan kita. Aspek lain yang dicerahkan adalah fokus penyelenggaraan pendidikan pada kondisi, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Itu artinya sang pendidik diandaikan selesai dengan dirinya sehingga segala apa yang dipikirkan, dirasakan, dirancangkan, dan dilakukan tidak lagi pertama-tama dan utama untuk kepentingan dirinya sendiri (egois) – tetapi demi peserta didik yang dilayaninya. Dalam pola seperti inilah perwujudan konkrit imitatio christi kita sebagai FIC menemukan konteksnya. Para Bruder dan Frater, berikut ini kami sampaikan beberapa informasi tentang kehidupan para Bruder dan Frater serta informasi penting lain di Provinsi Indonesia sampai pada awal April 2024 ini:
Pada hari Senin, 11 Maret 2024 Dewan Provinsi (DP) mengagendakan sebagai hari studi antara DP bersama Tim Pembina Calon (TPC). Hari studi ini merupakan agenda tahunan. Diharapkan dengan adanya hari studi ini para bruder yang terlibat dalam pembinaan calon dapat memperkaya diri baik dalam hal pengetahuan maupun dalam keterampilan pembinaan calon. Pada tahun 2024 kegiatan hari studi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah formasio para Suster Carolus Boromeus (CB) dan ke Rumah Pusat Spiritualitas CB. Kedua unit ini ada dalam satu kompleks yang terletak di Gejayan, Yogyakarta. Banyak inspirasi didapatkan oleh para bruder TPC dan DP. Saat tiba di Novisiat CB, para bruder disambut oleh para postulan dan novis kanonik CB dengan nyanyian selamat datang. Ada lebih dari 40 postulan dan novis CB yang menyambut kehadiran para bruder. Pengalaman ini sungguh mengagumkan. Saat ini para Suster CB memiliki lebih dari 20 postulan, dan 40 lebih novis kanonik dan novis lanjutan. Rumah Novisiat dan Postulan yang lima sampai tujuh tahun lalu sempit sepi bahkan kosong, saat ini dipenuhi oleh orang-orang muda yang berniat untuk hidup sebagai Suster CB. Para calon dan suster pendamping rumah formasi, juga anggota Dewan Pemimpin Provinsi CB di Indonesia mensharingkan kisah perjalanan panggilan dan pengalaman serta perjuangan untuk mendapatkan anggota-anggota baru/calon-calon suster. CB Indonesia sempat mengalami kekosongan calon. Hingga pada titik tertentu para suster CB Indonesia sadar bahwa tidak ada gunanya memiliki karya-karya terkenal, hebat, megah dan mewah, bila tidak ada anggota-anggota baru kongregasi untuk melanjutkan kehadiran CB di Indonesia. Para suster CB sungguh beruntung, karena tidak semua tarekat yang meskipun tidak memiliki calon selama beberapa tahun tetap saja tidak mengalami situasi krisis, lalu melakukan gerakan bersama untuk mendapatkan anggota-anggota baru. Sejumlah tarekat justru terus memprioritaskan urusan kerasulannya, tidak ambil peduli dengan keberlanjutan kehidupan tarekatnya. Dalam hal ini, pada kunjungan itu para anggota DP dan TPC belajar banyak. Setelah mengunjungi rumah formasi para bruder DP dan TPC diajak untuk mengunjungi Rumah Pusat Spiritualitas CB di Indonesia. Rumah ini seperti museum spiritualitas CB. Selain melihat usaha dan kreativitas para suster CB untuk merawat dan menyebarluaskan kekayaan karisma – spiritualitas CB, para bruder DP – TPC juga belajar proses para suster CB dalam mewujudkan rumah spiritualitas serta usaha menyebarkan spirtualitas – karisma CB kepada masyarakat. Para bruder merasa bersyukur bisa melakukan hari studi dengan mengunjungi rumah formasi dan rumah pusat spiritualitas CB. Semoga setelah mendapatkan banyak inspirasi dan penyadaran, para bruder juga mampu melakukan kreativitas yang sama dalam konteks Kongregasi FIC Provinsi Indonesia.
Pada bulan Maret 2024 kita telah menyelenggarakan tiga kali pertemuan Dewan Provinsi dengan para bruder senior. Pertemuan ini disiapkan oleh Tim Pemitraan Bruder Medior dan Senior (TPBMS). Dalam pertemuan itu TPBMS mengajak para bruder senior untuk mendalami keutamaan Bunda Maria dalam kehidupan berkongregasi dan sebagai bruder FIC. Pertemuan pertama dilaksanakan di Komunitas Muntilan pada hari Minggu, 17 Maret 2024 untuk para bruder senior dari komunitas Muntilan dan Boro. Pertemuan kedua dilaksanakan di kompleks Gua Maria Sriningsih pada hari Sabtu, 23 Maret 2024 untuk para bruder senior dari komunitas Klaten, Wedi, Surakarta, Giriwoyo, dan Yogyakarta. Pertemuan ketiga dilaksanakan di Komunitas Wisma Bernardus pada hari Minggu, 24 Maret 2024 untuk para bruder senior dari Komunitas Salatiga, Ambarawa, RR. Syalom, Wisma Bernardus – Candi, Randusari, dan Pemalang. Pertemuan diawali dengan pendalaman materi yang telah disiapkan oleh TPBMS. Para bruder diajak untuk kembali menyadari peran Bunda Maria dalam kehidupan kongregasi kita, mengenali fakta-fakta sejarah kongregasi terkait hadirnya Bunda Maria dalam kehidupan Kongregasi FIC, dan menikmati lagi keutamaan-keutamaan Bunda Maria yang bisa menginspirasi penghayatan hidup sebagai FIC. Setelah istirahat minum para bruder diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman. Pertemuan ditutup dengan peneguhan dari Bruder Pemimpin Provinsi. Kita bersyukur karena para bruder senior merasa terbantu dengan pertemuan dan materi yang ditawarkan oleh TPBMS. Perjumpaan dengan sesama bruder senior juga saling memperkaya dan meneguhkan hidup para bruder senior.
Setelah melalui proses panjang untuk mendapatkan ijin tinggal sementara di Indonesia, akhirnya dua postulan dari Timor Leste yaitu Fr. Remigio Cuil dan Justinus Coa mendapat visa tinggal sementara dari Kedutaan Republik Indonesia. Kedua postulan berangkat dari Dili pada hari Rabu, 3 April 2024. Br. Blasius Supriyantoro mengantar kedua postulan tersebut sampai di Muntilan. Pada hari Kamis, 4 April 2024 Fr. Remigio Cuil dan Fr. Justinus Coa tiba di Muntilan. Kita berharap kedua postulan dari Timor Leste dapat segera menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia, khususnya di postulat Muntilan. Semoga kedua calon dari Timor Leste dapat menumbuhkembangkan panggilannya dalam Kongregasi kita.
Setelah hampir setahun direnovasi, akhirnya pada hari Senin, 25 Maret 2024 peresmian gedung baru Asrama Wisma Putra Kusuma Ketapang dapat dilakukan. Persemian gedung baru asrama dilakukan oleh Mgr. Pius Riana Prapdi, Br. Martinus T. Handoko, dan Bpk. Alexander Wilyo dari Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang. Kita bersyukur karena Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang memberi dukungan yang besar bagi penyelenggaraan Asrama Wisma Putra Kusuma Ketapang. Dengan adanya bangunan baru ini diharapkan penyelenggaraan asrama dapat terjadi dengan lebih baik, sehingga banyak orang muda dari Kabupaten Ketapang, khususnya yang bersekolah di sekolah-sekolah Pangudi Luhur Ketapang dapat belajar dan memberdayakan diri dengan lebih optimal.
Pada hari Sabtu malam, 23 Maret 2024 para bruder dari Komunitas Ambarawa mengantar Br. Frans Sugi untuk memeriksakan diri ke RS. Elisabeth Semarang. Telah beberapa hari Br. Frans Sugi mengalami kondisi fisik yang tidak baik. Nafsu makan turun bahkan sering hilang, dan sering mengalami demam. Pada Sabtu malam itu Br. Frans Sugi sungguh mengalami kesulitan. Maka diputuskan untuk segera memeriksakan diri ke RS. Elisabeth Semarang. Setelah mendapat pemeriksaan dengan seksama di Instalasi Gawat Darurat RS. Elisabeth, akhirnya tim medis meminta Br. Frans Sugi untuk menjalani rawat inap. Hari-hari berikutnya Br. Frans Sugi menjalani serangkaian pemeriksaan dan terapi dari dokter spesialis penyakit dalam. Br. Frans Sugi menjalani perawatan di ruang Angela RS. Elisabeth. Syukurlah, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan perawatan, kondisi kesehatan Br. Frans Sugi membaik. Pada hari Selasa, 2 April 2024, dokter yang merawat Br. Frans Sugi sudah mengijinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Semoga kesehatan Br. Frans Sugi kembali pulih sehingga dapat melakukan aktivitas dan kerasulan dengan baik lagi.
Pada hari Sabtu, 30 Maret 2024 Br. Yohanes Hartoko mengalami kecelakaan. Jam 16.00 sore itu Br. Hartoko bersiap ke Gereja Paroki Karangpanas untuk mengikuti Ekaristi Vigili Paskah. Untuk menyeberang jalan di depan kompleks Bruderan dan SMA PL Don Bosko, Br. Hartoko ditolong oleh satpam SMA PL Don Bosko. Sayang, ketika kendaraan dari arah AKPOL menuju Kaliwiru belum sungguh-sungguh aman untuk menyeberang, Br. Hartoko telah berusaha menyeberang. Tanpa diketahui oleh Br. Hartoko, ternyata ada pengendara sepeda motor yang melaju kencang ke arah Kaliwiru. Maka Br. Hartoko tertabrak sepeda motor yang melaju kencang tersebut. Satpam yang menolong Br. Hartoko untuk menyeberang segera menolong Br. Hartoko ke tepi jalan. Kemudian ia menghubungi Br. Heribertus Irianto yang sedianya akan ke Gereja Karangpanas juga untuk mengantar Br. Hartoko ke RS. Elisabeth. Setelah sampai di Instalasi Gawat Darurat RS. Elisabeth, Br. Hartoko segera mendapat pertolongan darurat dan dilakukan pemeriksaan dengan seksama. Dari pemeriksaan rontgen diketahui bahwa ada tulang bagian bawah kaki kiri yang patah, entah tulang tibia atau fibula. Pada Minggu malam, 31 Maret 2024 Pkl. 22.30, Br. Hartoko mendapat tindakan operatif. Operasi berjalan baik. Setelah operasi Br. Hartoko menjalani perawatan di Ruang ICU agar bisa terobservasi dengan baik. Semoga proses pemulihan kesehatan Br. Hartoko berjalan dengan baik. |