Tuesday, December 3 2024 - 1 User Online
LANGUAGE :
|
18.12.2023 03:21:34 374x read. ARTICLES Akhir penziarahan Br. Ignatius Ngadiso
Akhir penziarahan Br. Ignatius Ngadiso (Diambil dari Berita Provinsi Indonesia Desember 2023)
Sebenarnya pada tanggal 8 Desember 2023 ini Br. Ignatius Ngadiso akan mensyukuri 50 tahun
hidup bakti sebagai Bruder FIC. Rencana perayaan syukur itu telah dibicarakan dalam rapat komunitas St. Yosef dan Wisma Bernardus di Candi Semarang. Waktu itu Br. Ignatius Ngadiso menghendaki agar perayaan syukur itu sederhana saja. Para bruder juga sepakat untuk merayakan syukur 50 tahun hidup bakti itu dengan sederhana.
Namun kisahnya berubah total. Br. Ignatius Ngadiso telah menghadap Allah di surga pada tanggal 25 November 2023 pk.11.00 di Wisma Bernardus Semarang. Sulit dipercaya bahwa Br. Ignatius Ngadiso akan kembali ke keabadian secepat ini. Pemakaman dilaksanakan di makam para bruder FIC di Kompleks Novisiat FIC Muntilan pada hari Minggu, 26 November 2023.
Br. Yohanes Sugiyono yang sehari-hari menemani Br. Ignatius Ngadiso mengatakan bahwa tiga hari sebelum meninggal dunia, kondisi kesehatan Br. Ignatius memang kurang bagus. Beliau tampak lemah. Nafsu makannya tidak bagus. Kemampuan beraktivitasnya juga menurun drastis. Hal ini mungkin disebabkan oleh pola konsumsi yang sengaja dikurangi sebagai bagian dari upaya penyembuhan kulit kakinya yang bengkak dan mengeluarkan cairan. Telah beberapa hari Br. Ignatius Ngadiso mengurangi konsumsi air dan berpantang daging.
Penurunan kondisi fisiknya juga mungkin terkait dengan fakta Br. Ignatius Ngadiso yang menyandang diabetes melitus. Sejak tahun 1998 Br. Ignatius telah terdeteksi mengidap diabetes melitus. Sejak itu beliau melakukan terapi insulin untuk mengontrol gula darahnya.
Pada tanggal 13 – 21 April 2023 Br. Ignatius menjalani rawat inap di RS. Elisabeth. Waktu itu kondisi fisiknya lemah akibat batuk-batuk yang tidak berkesudahan. Akibatnya asupan makanan ke tubuhnya sangat berkurang. Kondisinya mengkhawatirkan, sehingga para bruder dengan sedikit menuntut, memaksa Br. Ignatius untuk memeriksakan diri ke RS. Elisabeth. Syukurlah Br. Ignatius Ngadiso akhirnya menyediakan diri.
Benar saja, ketika diperiksa awal di IGD RS. Elisabeth, dokter segera menyarankan untuk dirawat di ICU. Agaknya fungsi organ jantungnya kurang bagus. Mungkin akibat kurangnya nutrisi selama batuk-batuk, dan tentu karena diabetes melitus yang diidapnya itu semakin menyulitkan kondisi tubuhnya.
Setelah kembali dari RS. Elisabeth ke Komunitas St. Josef Pekerja Candi pada tanggal 21 April 2023, kondisi Br. Ignatius masih belum pulih benar. Kemampuan untuk melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan diri masih tertatih- tatih. Bahkan napasnya tampak tersengal-sengal setelah melakukan aktivitas yang ringan sekalipun.
Melihat kondisi seperti ini, Br. F.A. Dwiyatno segera meminta Br. Ignatius Ngadiso untuk pindah ke salah satu kamar di Wisma Bernardus. Ini semata-mata untuk menjamin perawatan dan pengawasan yang lebih baik. Syukurlah Br. Ignatius tidak banyak melakukan penolakan. Sejak itu Br. Ignatius Ngadiso mulai tinggal di salah satu kamar di Wisma Bernardus.
Di Wisma Bernardus kondisi pemulihan kesehatan Br. Ignatius Ngadiso menunjukkan progres yang menggembirakan. Tetapi, pada minggu awal di bulan November, tampak ada perubahan tampilan kondisi kulit di kedua kaki Br. Ignatius Ngadiso. Kulit ari tampak seperti ingin mengelupas. Setelah diperiksakan di RS. Elisabeth akhirnya dianjurkan untuk dilakukan perawatan kulit dan mengurangi konsumsi air dan daging. Setiap dua hari sekali ada perawat dari RS. Elisabeth yang datang ke Wisma Bernardus untuk merawat kulit kaki Br. Ignatius Ngadiso. Itulah kondisi kesehatan di hari-hari akhir Br. Ignatius Ngadiso.
Panjangnya masa mengidap diabetes melitus yaitu selama hampir 25 tahun adalah masa-masa yang tidak mudah bagi Br. Ignatius Ngadiso. Waktu itu beliau masih menjalankan tugas sebagai Ekonom Provinsi Indonesia dengan penuh. Namun syukurlah, dengan segala perjuangannya, Br. Ignatius Ngadiso terus bertekun untuk merawat dirinya. Kesetiaan dan ketekunan selama hampir 25 tahun merawat diri dengan menyandang diabetes melitus menunjukkan suatu mutu dirinya. Dalam durasi yang panjang itu juga sesungguhnya Br. Ignatius bertekun untuk mengakrabi sebagian dari realitas dirinya yang rapuh. Semoga ini bisa menjadi jalan keutamaan rohani bagi Br. Ignatius Ngadiso.
Demikian juga dengan tugas yang diberikan Kongregasi FIC kepadanya. Mulai tahun 1974 sampai 1984 Br. Ignatius Ngadiso bekerja di Kantor Yayasan Pangudi Luhur untuk urusan administrasi keuangan. Mulai tahun 1984 Br. Ignatius Ngadiso mulai membantu urusan keuangan di Provinsialat. Pada tahun itu beliau juga masih tetap menjadi Bendahara Dewan YPL.
Sejak 1984 sampai 2016 Br. Ignatius Ngadiso terlibat baik sebagai Ekonom atau staf ekonom provinsi Indonesia. Tugas yang tidak mudah dijalankan, apalagi dalam durasi yang amat panjang.
Untuk pengalaman hidup berkomunitas, selama menjadi bruder FIC, Br. Ignatius Ngadiso hanya menjadi anggota Komuntias di Randusari (1974 – 1984) dan Candi (1984 – wafatnya) di Semarang. Selain menjalankan tugas sebagai ekonom provinsi, Br. Ignatius juga aktif di pengelolaan keuangan Paroki St. Athanasius Agung Karang Panas.
Penziarahan hidup Br. Ignatius Ngadiso adalah salah satu model penziarahan yang tidak banyak bervariasi. Untuk penziarahan hidup seperti ini dibutuhkan mutu diri kesetiaan dan ketekunan. Dalam konteks para bruder FIC, penziarahan hidup seperti ini akan membuahkan kebermaknaan dan kemendalaman hidup yang khas FIC ketika ia mampu hidup dengan baik dalam persekutuan. Itulah yang rasanya juga telah diperjuangkan dan dialami oleh Br. Ignatius Ngadiso. Semoga Allah yang penuh belaskasih melimpahkan kebahagiaan surgawi bagi Br. Ignatius Ngadiso.
COMMENTS
No Comment, please add your comment below :
|