|
26.04.2017 00:32:05 12129x read. INDONESIA Menjadi Bruder adalah Anugerah.(Surat Pastoral Pemimpin Umum, Paskah 2017). Menjadi Bruder adalah Anugerah. (Konstitusi art. 117).
Para bruder dan frater yang terkasih, Sementara kita masih dalam suasana Paskah perkenankan saya, atas nama Dewan Pimpinan Umum, menyampaikan Selamat Paskah 2017. Semoga semangat Paskah tinggal di dalam hati kita dan memperkuat kita untuk melanjutkan karya penyelamatan dunia yang mencapai titik puncaknya pada kematian Yesus di kayu salib. Mungkin para bruder pernah mendengar, bahwa sudah lama para religius Bruder menantikan terbitnya dokumen resmi dari Gereja tentang panggilan khusus sebagai religius Bruder. Kita berpendapat bahwa dokumen semacam itu akan sangat bernilai, bukan hanya bagi kita di kalangan para Bruder sendiri, melainkan juga bagi seluruh Gereja. Dokumen semacam itu juga sekaligus merupakan pengakuan Gereja akan panggilan unik sebagai religius Bruder. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang tidak mengerti status panggilan ini. Tidak bisa dimungkiri bahwa panggilan religius awam, khususnya untuk kaum pria, memang kurang dimengerti oleh umat pada umumnya, bahkan juga oleh hirarki. Panggilan Bruder dalam banyak kasus sering dianggap sebagai panggilan yang tidak jelas, atau panggilan setengah-setengah, setengah imam dan setengah awam, panggilan yang tidak lengkap, dst. Menyikapi hal itu para Bruder sendiri kadang malah sibuk dengan membela diri dan bukannya mendalami dan memupuk keyakinan akan panggilan khusus itu. Setelah cukup lama menunggu, pada akhirnya kita boleh bergembira karena pada tanggal 4 Oktober 2015 Kongregasi Suci untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Karya Kerasulan telah menerbitkan dokumen resmi tentang panggilan religius Bruder, dengan judul “Identitas dan Perutusan Religius Bruder di Dalam Gereja”. Lalu apa sebenarnya isi dari dokumen tsb.? Religius Awam
“Bruder” adalah sebutan yang sejak awal diberikan kepada kaum religius pria di lingkungan Gereja Katolik. Meskipun sebutan ini bukan semata-mata milik kaum religius pria, namun di lingkungan Gereja sebutan ini memang merupakan sebutan khas bagi religius pria yang bukan imam. Sebutan itu juga mengingatkan kita akan kata-kata Yesus kepada para pengikut-Nya: ”Janganlah kamu disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu; dan kamu semua adalah saudara (Bruder)” (Mt. 23:8). Hal itu dikatakatan oleh Yesus dalam hubungannya dengan orang-orang munafik yang menggunakan agama untuk memperoleh keuntungan pribadi dan penghormatan dari orang lain. Sebutan Bruder menunjuk pada martabat dan kesamaan hakiki bagi semua orang yang beriman. Kita para Bruder adalah anak-anak dari Bapa surgawi yang sama. Kita bersama-sama dipanggil untuk membangun persaudaraan universal dalam Kristus yang merupakan Anak sulung dari semua saudaranya (cf. Rom. 8:29). Identitas Religius Bruder Dalam dokumen ditegaskan bahwa asal mula panggilan religius Bruder adalah pengalaman mendalam akan kasih Tuhan. “Kita mengalami kasih Allah, dan karenanya kita percaya” (cf. 1 Joh 4:16). Pernyataan ini pada dasarnya sama dengan pesan Kapitel Umum 2012 yang berjudul : “Pengalaman akan Allah merupakan landasan hidup kita sebagai religius.” Selama Kapitel Umum 2012 kita memperbarui kesadaran kita, bahwa sumber utama kebahagiaan kita adalah pengalaman akan panggilan kasih Allah yang tak berkesudahan. Inilah landasan hidup kita sebagai religius. Oleh karenanya kita perlu terus-menerus merefleksikan pengalaman akan kasih Allah bagi kita dalam keseharian hidup kita. Dalam pesan Kapitel Umum 2012 ditekankan bahwa pengalaman akan kasih Allah perlu diperbarui dan diperdalam terus-menerus melalui sikap kontemplatif. Untuk bisa memiliki sikap kontemplatif kita perlu menyediakan waktu yang teratur untuk menyendiri dan berdiam diri, agar kita bisa bertumbuh dalam kepekaan kita akan kehadiran-Nya. Persoalannya bagi kita sekarang apakah kita sebagai pribadi dan komunitas bersedia untuk mengatur waktu sedemikian rupa, sehingga kita makin peka akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. “Doa menuntut keberanian dan kesetiaan; doa menuntut keteraturan” (Konst. Art.63). Ciri lain yang nampak jelas dari kehidupan para Bruder adalah pada karya kerasulan. Dalam Vita Consecrata kita dapat membaca bahwa “Religius Bruder melakukan banyak karya pelayanan yang sangat berharga, di dalam maupun di luar komunitas, ambil bagian dalam karya pewartaan Kabar Gembira dan menjadi saksi-saksi Kristus dengan perbuatan nyata. Pelayanan mereka tidak dapat dipisahkan dari karya pelayanan Gereja (art. 60). Dalam dokumen juga sangat ditekankan betapa pentingnya karya para Bruder terutama bagi mereka yang miskin dan paling membutuhkan (cf. Mt. 25:40) Kesimpulan Berbicara soal hidup bakti selalu merupakan kisah rahmat. Kita harus bersyukur bahwa kita dipanggil menjadi religius Bruder. Menjadi religius adalah anugerah bagi kita (Konst. Art. 117). Pertanyaannya adalah: apakah kita memang bersyukur dan bangga akan panggilan kita sebagai Bruder? Bagaimana kita memupuk panggilan kita dan membuatnya berbuah lebat? Bagi siapakah kita ini menjadi Bruder? Bagi kita masing-masing, apa artinya menjadi Bruder pada zaman ini? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita renungkan berkaitan dengan terbitnya dokumen baru ini. Untuk selanjutnya kita masih perlu mendalami dokumen ini, supaya kita makin memahami misteri panggilan kita sebagai Bruder. Salam dalam kasih persaudaraan, Juga atas nama Guido, Raphael dan Theo,
Br. Martinus Handoko Pemimpin Umum |